Pontianak
Kota Wisata Paling Menarik Di Indonesia
Kota Pontianak
adalah kota di Indonesia yang letaknya berada tepat di bawah garis cakrawala
katulistiwa. Kota yang menjadi ibukota Provinsi Kalimantan Barat ini juga
dilalui oleh sungai kapuas, sungai terpanjang di Indonesia. Luasnya yang
mencapai 107 km2 dengan jumlah penduduknya sekitar 554.764 jiwa ini membuat
Pontianak menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dan pemerintahan di Kalimantan
Barat. Pesatnya pembangunan dan arus globalisasi tak urung sering kali membuat
banyak orang tak tahu tentang sejarah dan mulai dari berdirinya hingga
perkembangannya saat ini. Dan ada beberapa tempat yang ada pontianak kota
wisata paling menarik untuk di kunjungi
Ingin
tau tempat - tempat wisata paling menarik di kota pontianak ?
Mari kita simak disini
beberapa tempat pontianak kota wisata
paling menarik di indonseia yang dapat kita untuk di kunjungi, yaitu:
1. Taman Alun Kapuas
1. Taman Alun Kapuas
Sumber gambar
: nationalgeographic.co.id
Taman
Alun Kapuas adalah salah satu ruang publik (Public
Space) atau lokasi wisata paling menarik yang sangat terkenal di kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat yang merupakan proyek ‘Waterfront City dari
dari Pemerintah Kota Pontianak. Alun-alun
Kapuas itu sendiri terletak di Pinggiran Sungai Kapuas,
Pontianak, tepatnya berada di depan kantor walikota Pontianak yakni di sekitaran Jalan Rahadi Usman.
Taman Alun-Alun Kapuas ini memiliki bentuk
dan dekorasi yang amat tertata rapi, sehingga tempat ini sering menjadi sarana
refresing bagi beberapa kalangan masyarakat umum kota Pontianak, apalagi di
tambah dengan adanya air mancur yang sangat indah, dengan dikelilingi
anak-anak tangga taman alun-alun Kapuas serta ditambah dengan replika Tugu Khatulistiwa Berita Terbaru dan terkini yang menjadi kebanggaan masyarakat Provinsi
Kalimantan barat ini
Sejarah Taman Alun Kapuas
Taman ini sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu, dan
sejak pertama kali di bangun hingga sekarang, Taman Alun-Alun Kapuas ini tetap
menjadi ikon dari Kota Pontianak
itu sendiri. Taman Alun-Alun Kapuas ini telah beberapa kali di renovasi,
Pembangunan yang pertama telah dilakukan sekitar tahun 1990-an, lalu renovasi
taman yang kedua dilakuan pada tahun 2011, dan pada tahun 2012 Pemerintah kota
Pontianak sedang melakukan Proyek renovasi yang ketiga, menurut dia renovasi
kali itu untuk memperluas daerah Taman Alun-Alun Kapuas, menambah beberapa air
mancur lagi, serta membangun beberapa sarana dan prasarana untuk para
pengunjung, hal ini bertujuan agar taman ini Semakin di kagumi para wisatawan,
terutama wisatawan mancanegara. Saat ini luas dari Taman Alun-alun Kapuas,
sudah mencapai kurang lebih sekitar tiga hektar, angka tersebut sudah dua kali
lipat dari luas Taman sebelumnya yang hanya berkisar kurang lebih 1,5 hektar.
Masyarakat kota Pontianak juga berharap agar proyek perluasan dan pembenahan
Taman Alun-Alun Kapuas ini bisa selesai di akhir tahun 2012 atau pada awal 2013.
Dan sekarang tahun 2016 ini Taman Alun Kapuas semakin indah dan menarik untuk
dikunjungi. Sedangkan lahan yang digunakan untuk meluaskan areal Taman
Alun-Alun Kapuas ini adalah lahan bekas Balai Prajurit milik Komando Daerah
Militer ( Kodam ) XII Tanjungpura.
2. Rumah Radakng
Sumber gambar : http://www.amabeltravel.com
Rumah Radakng Merupakan rumah khas suku Dayak, Rumah Radakng, Rumah
Betang atau Rumah Panjang merupakan objek yang wajib dikunjungi jika bertandang
ke Kal-Bar. Mulai dari rumah betang yang masih tradisional di Kampung Saham
Kab. Landak hingga rumah radakng modern di kota Pontianak bisa dijadikan pilihan
anda untuk mengenal kehidupan sehari-hari orang Dayak.
Sejarah Rumah Radakng
Rumah
panjang di Kalimantan Barat atau yang disebut radakng ternyata ada yang dapat
dilestarikan dan masih dihuni ratusan keluarga masyarakat Dayak. Salah satunya
terletak di Dusun Saham, Desa Saham, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak,
sekitar 200 kilometer dari ibu kota Kalbar, Pontianak. Rumah adat yang dihuni
suku Dayak secara turun-temurun ini dibangun pada 1875.
Sekitar tahun 1960-an, terjadi penghancuran rumah adat suku Dayak oleh pemerintah kala itu. Pemerintah menganggap, gaya hidup komunal masyarakat Dayak menyerupai gaya hidup komunis. Pemerintah khawatir dengan semangat solidaritas penghuninya yang dapat mengancam keamanan negara dan tuduhan hidup bersama di rumah panjang tidak sehat karena bertentangan dengan moral.
Sekitar tahun 1960-an, terjadi penghancuran rumah adat suku Dayak oleh pemerintah kala itu. Pemerintah menganggap, gaya hidup komunal masyarakat Dayak menyerupai gaya hidup komunis. Pemerintah khawatir dengan semangat solidaritas penghuninya yang dapat mengancam keamanan negara dan tuduhan hidup bersama di rumah panjang tidak sehat karena bertentangan dengan moral.
3. Istana Kadriah
Sumber Gambar : http://www.kratonpedia.com
Istana Kadriah yang merupakan Istana
terbesar dan wisata paling menarik di Provinsi Kalimantan Barat ini terletak
kurang lebih 4km dari pusat kota dan terletak di Kampong Dalam Bugis, kecamatan
Pontianak Timur. Keberadaan Istana yang terletak di tepian persimpangan antara
sungai Kapuas dan sungai Landak ini sempat mengalami beberapa proses renovasi
dan rekonstruksi. Namun keaslian arsitektur bangunan serta barang-barang
peninggalannya tetap terjaga hingga saat ini.
Sejarah Istana
Kadriah
Istana ini di dirikan oleh
Sultan Syarif Abdurrahman Alkadri sekaligus sebagai pendiri Kota Pontianak pada
14 Rajab 1185H atau 23 Oktober 1771M. Tanggal tersebut juga bertepatan dengan
hari jadi Kota Pontianak yang selalu dirayakan setiap tahun.
Arsitektur Istana Kadriah
dipengaruhi oleh beberapa perpaduan budaya seperti Melayu, Kolonial Belanda dan
Timur Tengah. Pada bagian atas pintu utama terdapat lambang bintang dan bulan
sabit. Konstruksi Istana hampir semuanya menggunakan kayu besi, sehingga memiliki
ketahanan yang sangat kuat dan lama. Seperti ciri khas bangunan lokal di Pulau
Kalimantan pada umumnya, bangunan istana juga memiliki kolong yang agak tinggi
untuk menghindari banjir dan binatang buas. Istana yang terdiri dari empat
lantai ini memiliki sebuah anjungan yang berorientasi ke sungai. Bagian utama
lantai berdenah segi empat, dikelilingi oleh serambi. Keberadaan serambi yang
mengelilingi lantai ruang utama ini juga merupakan bagian dari ciri khas
bangunan tropis.
Istana kadriah memiliki tiang-tiang
bagunan yang tinggi. Hal ini sesuai dengan iklim setempat serta kebiasaan yang
sudah turun temurun di pulau Kalimantan. Tinggi tiang penyangga rumah sekitar
dua sampai dua setengah meter. Tinggi rumah induk bagian atas
sekitar tiga atau tiga setengah meter. Suasana di dalam ruangan terasa sejuk
dan segar karena memiliki banyak jendela serta lubang angin (ventilasi).
Jendela pada Istana Kadriah disebut dengan sebutan Tingkap atau Pelingkuk.
Bentuknya sama seperti bentuk pintu, tetapi ukurannya lebih kecil dan lebih
rendah. Lantai ruangan bagian utama lebih tinggi dibandingkan dengan lantai
beranda depan dan beranda belakang. Lantai beranda lebih tinggi dari lantai
selasar. Lantai selasar lebih tinggi dari lantai dapur. Demikian pula
beranda belakang. Lantai dapur lebih rendah lagi dari lantai beranda belakang
dan yang paling rendah adalah lantai Selang atau Pelataran. Lantai selang
dibuat jarang berjarak sekitar dua jari dengan lebar papan empat inci. Papan
dinding dipasang vertical. Tangga istana menghadap ke jalan umum. Kaki tangga
terhunjam ke dalam tanah atau diberi alas dengan benda keras. Bagian atas
disandarkan miring ke ambang pintu dan terletak di atas bendul. Anak tangga
dapat berbentuk bulat. Anak tangga kebanyakan berjumlah ganjil. Sebab menurut
kepercayaan, bilangan genap kurang baik artinya. Tangga depan selalu berada di
bawah atap dan terletak pada pintu serambi muka atau selang muka. Tangga
penghubung setiap ruangan terdiri atas satu atau tiga buah anak tangga. Di
sebelah kiri dan kanan tangga ada kalanya diberi tangan tangga yang dipasang
sejajar dengan tiang tangga. Dan selalu diberi hiasan berupa Kisi-kisi Larik
(Bubut) Anak tangga adakalanya diikat dengan tali kepada tiang tangga. Tali
pengikat terbuat dari rotan.
4. Monumen Sebelas Digulis Kalimantan Barat
Sumber
Gambar : http://ericopieter.blogspot.co.id
Taman DiGulis adalah salah satu pontianak
kota paling menarik di kunjungi untuk para wisata. Monumen ini terletak di
Bundaran Universitas Tanjungpura di Jl. Jend. A. Yani, Kel. Bansir Laut, Kec.
Pontianak Tenggara. Monumen ini berupa sebelas tugu berbentuk bambu runcing
berwarna kuning. Monumen ini diresmikan tepat di Hari Pahlawan pada 10 November
1987 oleh Gubernur Kalimantan Barat saat itu Mayjen TNI (Purn.) H. Soedjiman.
Monumen ini dibangun untuk memperingati 11 tokoh pergerakan asal Kalimantan
Barat yang dibuang oleh pemerintah Hindia Belanda ke Boven Digoel di Papua.
Berbeda dengan dua monumen sebelumnya, monumen ini tampak cukup terawat.
Apalagi sejak 2013 lalu, dibangun air mancur di sekitar monumen ini, yang sudah
tentu menambah keindahan monumen. Selain sebagai sarana peringatan sejarah,
mengunjungi monumen ini juga bisa sekaligus sebagai sarana rekreasi.
Sejarah Monumen Di Gulis
Sejarah mencatat, bermula dari
terbentuknya Sarikat Islam tahun 1914 di Ngabang. Kemudian pembentukkan Partai
Sarikat Islam 1923. Menjadi salah satu bagian penting dalam sejarah pergerakan
perjuangan rakyat Kalimantan Barat.
Karena khawatir pergerakan mereka
akan memicu pemberontakan terhadap pemerintah Hindia Belanda di Kalimantan ini.
Seperti yang telah terjadi di Jawa dan Sumatera. Pemerintahan Hindia Belanda
kemudian menangkap sejumlah tokohnya. Kemudian dibuang ke Boven Digul, di
Papua. Dari nama tempat pembuangan penjara alam itulah, kemudian tugu ini
disebut dengan Tugu Digulis.
Tiga dari meraka meninggal pada saat
menjalani pembuangan di Boven Digoel, lima dari para tokoh tersebut wafat
dalam Peristiwa Mandor dan tiga orang lainnya meninggal karena sakit. Untuk
menghormati dan mengenang kesebelas tokoh tersebut.
Nama-nama mereka juga diabadikan
sebagai nama jalan di wilayah Kota Pontianak. Kesebelas tokoh itu adalah : Moehammad
Sohor, asal Ngabang ; Moehammad Hambal alias Bung Tambal, asal
Ngabang; Gusti Djohan Idrus, asal Ngabang, wafat dalam pembuangan di
Boven Digoel. Haji Rais bin H. Abdurahman, asal Ngabang; Gusti
Soeloeng Lelanang, asal Ngabang ; Gusti Moehammad Situt Machmud,
asal ngabang ; Gusti Hamzah, asal Ketapang ; Achmad Su'ud bin
Bilal Achmad, asal Ngabang, wafat dalam Peristiwa Mandor; serta Ya'
Moehammad Sabran, asal Ngabang ; Jeranding Sari Sawang Amasundin
alias Jeranding Abdurrahman, asal Melapi, Kapuas Hulu, meninggal karena sakit
di Putussibau; Achmad Marzuki, asal Pontianak, meninggal karena sakit
dan dimakamkan di makam keluarga
5. Tugu Khatulistiwa
Sumber Gambar : http://photobucket.com/images/tugu%20khatulistiwa
Tugu
Khatulistiwa adalah salah satu ikon di pontianak kota wisata paling menarik di
indonesia. Di tempat ini bisa di kunjungi turis berbagai mancanegara yg
merupakan salah objek wisata yang terkenal dengan tepatnya matahari di atas
kepala pada siang hari yang bisa membuat bayangan tubuh hilang.
Kota Pontianak identik dengan
khatulistiwa. Kota ini menjadi salah satu kota yang dilalui garis khatulistiwa,
garis lintang nol derajat atau biasa disebut sebagai equator. Di kota inilah
dibangun sebuah menara yang diberi nama Tugu Khatulistiwa, sebuah menara yang
di bangun oleh tim ekspedisi geografi yang dipimpin seorang ahli geografi
berkebangsaan Belanda.
Tugu Khatulistiwa terletak di
Jalan Khatulistiwa, Kecamatan Pontianak Utara, Kalimantan Barat. Menuju tugu
ini dapat ditempuh sekitar 30 menit dari pusat Kota Pontianak. Tugu ini
dibangun pada tahun 1928 dengan menggunakan ilmu astronomi. Pengukuran yang
dilakukan oleh para ahli geografi saat itu tanpa menggunakan alat-alat yang
canggih seperti satelit maupun GPS. Para ahli ini hanya berpatokan pada garis
yang tidak smooth (garis yang tidak rata atau bergelombang) dan berpatokan pada
benda-benda alam seperti rasi bintang.
Sejarah
Tugu ini kemudian mengalami
beberapa kali tahap penyempurnaan. Pertama, pada tahun 1930 bagian yang
disempurnakan adalah pada tonggak, lingkaran beserta tanda panah. Kedua, pada
tahun 1938 disempurnakan lagi oleh arsitek dari Indonesia Frederich Silaban.
Pada penyempurnaan kali ini, bangunan tugu yang terdiri dari 4 buah tonggak
kayu belian, masing-masing berdiameter 0,3 meter, dengan ketinggian tonggak
bagian depan sebanyak 2 buah, setinggi 3,05 meter dari permukaan tanah dan
tinggi tonggak bagian belakang tempat lingkaran dan anak panah petunjuk arah
setinggi 4,4 meter. Tonggak tersebut terbuat dari kayu belian, sejenis kayu
besi atau ulin.
Memasuki tahun 1990-1991,
dibangun replika Tugu Khatulistiwa berupa bangunan pelindung yang dibangun
secara permanen. Bangunan pelindung ini berbentuk kubah dan diresmikan pada 21
September 1991 oleh Gubernur Kalimantan Barat saat itu, Parjoko Suryo Kusomo.
Bentuk replika ini 5 kali lebih besar dari ukuran tugu aslinya. Dua buah tongga
bagian depan dengan diameter 1,5 meter dan ketinggian 15,25 meter dari
permukaan tanah. Kemudian 2 buah tonggak bagian belakang tempat lingkaran dan
anak panah petunjuk arah dengan ukuran 1,5 Info dengan ketinggian 22 meter
dari permukaan tanah dengan panjang anak panah penunjuk arah 10,75 meter.
Selain itu, terdapat
keterangan simbol berupa anak panah menunjukan arah utara-selatan (lintang 0’
derajat). Keterangan simbol berupa flat lingkaran yang bertuliskan evenaar
(bahasa Belanda) yang artinya khatulistiwa, menunjukkan belahan garis
khatulistiwa atau batas utara dan selatan. Sedangkan plat dibawah arah panah
tertulis 109 derajat 20’0’’OlvGR, artinya garis khatulistiwa di Kota Pontianak
bertepatan dengan 109 derajat bujur timur 20 menit 00 detik GMT (Greenwich Mean
Time).
Memasuki
ruangan dalam Tugu Khatulistiwa, pengunjung akan melihat foto-foto yang
terpajang di dinding bangunan ini. Foto-foto ini berasal dari era 1930an hingga
saat ini. Selain itu ada juga foto kunjungan tokoh penting dari dalam negeri
dan mancanegara ke tugu ini. Selain itu, ada juga penjelasan mengenai
pengetahuan dunia astronomi, seperti data bumi, tata surya, bintang, bulan,
matahari dan galaxi. Lukisan relief yang menggambarkan Kota Pontianak dan Tugu
Khatulistiwa juga menghiasi dinding di gedung ini.
Menurut pengelola Tugu Khatulistiwa, kedepannya, tugu ini akan dikembangkan dengan berbagai fasilitas dan bangunan baru seperti planetarium, hotel bintang lima, kawasan rekreasi keluarga, water boom, pusat olah raga, pusat kerajinan dan oleh-oleh khas Kalimantan Barat, hingga dermaga untuk kapal wisata.
Sponsor Resmi:
The Warna Indonesia
Rental Mobil Pontianak
Roti Kap Makanan Khas Pontianak
Produk Oriflame @onlinekatalog
Menurut pengelola Tugu Khatulistiwa, kedepannya, tugu ini akan dikembangkan dengan berbagai fasilitas dan bangunan baru seperti planetarium, hotel bintang lima, kawasan rekreasi keluarga, water boom, pusat olah raga, pusat kerajinan dan oleh-oleh khas Kalimantan Barat, hingga dermaga untuk kapal wisata.
Sponsor Resmi:
The Warna Indonesia
Rental Mobil Pontianak
Roti Kap Makanan Khas Pontianak
Produk Oriflame @onlinekatalog
keren tulisan nye bro.. klo mau belajar2 tentang blog bise gabung ke grub wa Bloggerpontianak.. belajar same2 :D
ReplyDeleteiya gan ^_^ hehe
DeleteSeru banget nih Pontiabak. serunya klo bisa liburan dan menghabiskan waktu di sini
ReplyDeleteboleh gan... klo ada liburan boleh jalan - jalan ^_^
Deleteiya...gan dikota pontianak skrg udh keren (y) hehe
ReplyDelete